CIANJUR – Pernyataan kontroversial Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) RI, Sakti Wahyu Trenggono, yang menyebut ikan hasil budidaya di Waduk Cirata mengandung merkuri dan tidak layak konsumsi, memicu gelombang kemarahan dari ribuan petani Keramba Jaring Apung (KJA) di Waduk Citara Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur.
Para pembudidaya ikan menilai pernyataan tersebut sangat merugikan dan menimbulkan efek domino terhadap penjualan hasil panen mereka. Sejak pernyataan itu mencuat ke publik, harga ikan anjlok drastis, dan banyak konsumen yang ragu membeli ikan dari Waduk Cirata.
“Pernyataan Pak Menteri sangat memojokkan dan tidak berdasar. Akibatnya, ikan kami tidak laku di pasaran. Ini menambah beban penderitaan yang sudah kami rasakan sejak lama,” ungkap Ketua Umum Pembudidaya KJA Waduk Cirata, Edi Supiandi alias Ujang Dakum, saat dihubungi lewat sambungan telepon, Minggu (6/7/2025).
Ia menjelaskan bahwa para petani Japung sudah menghadapi tekanan berat akibat lonjakan harga pakan, anjloknya harga jual ikan, serta semakin maraknya gulma air seperti eceng gondok yang mengganggu operasional budidaya.
“Kami berharap pemerintah justru hadir memberi solusi, bukan malah menambah beban dengan pernyataan yang menjatuhkan semangat petani. Kami ini sedang berjuang untuk bertahan,” tegas Ujang Dakum.
Menurut para petani, sebelum mengeluarkan pernyataan terkait kandungan logam berat, pemerintah seharusnya melakukan kajian ilmiah yang transparan dan melibatkan para pelaku usaha di lapangan.
Ujang Dakum menambahkan, budidaya ikan di Waduk Cirata bukan sekadar soal mata pencaharian pribadi, tetapi menjadi penggerak ekonomi lokal. Ribuan kepala keluarga menggantungkan hidup dari sektor ini, belum termasuk pelaku usaha di rantai distribusi, pedagang, dan sektor pendukung lainnya.
“Jika pernyataan itu tidak segera diluruskan, kami khawatir akan terjadi krisis kepercayaan masyarakat terhadap produk lokal. Ini bisa berdampak luas dan berjangka panjang,” katanya.
Para petani berharap ada klarifikasi resmi dari Kementerian KKP disertai pendekatan solutif, seperti dukungan teknologi pengolahan air, bantuan pakan, hingga pembukaan akses pasar untuk membantu pemulihan sektor perikanan budidaya di Cirata.(Red)