detak publik. Id— Fenomena “Tepuk Sakinah” tengah menjadi perbincangan hangat di media sosial. Gerakan sederhana yang memadukan tepukan tangan dengan lantunan syair bertema cinta dan keharmonisan rumah tangga ini viral karena dinilai unik sekaligus sarat makna edukatif.
Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Cianjur, Shalahudin Al-Ayubi, menyambut positif tren tersebut. Ia menjelaskan bahwa “Tepuk Sakinah” sejatinya lahir dari kegiatan Bimbingan Perkawinan (Bimwin) bagi calon pengantin yang digelar oleh Kemenag sebagai sarana pembelajaran interaktif.
“Awalnya hanya digunakan sebagai ice breaking agar suasana pembinaan pra-nikah lebih cair. Tapi karena pesannya ringan, mudah diingat, dan menyenangkan, akhirnya banyak yang menirukan,” ujarnya kepada wartawan, Minggu (13/10/2025).
Menurut Shalahudin, gerakan ini diperkenalkan di sela-sela sesi Bimwin untuk memperkuat pemahaman peserta terhadap lima pilar keluarga sakinah: cinta, tanggung jawab, komunikasi, kejujuran, dan keteladanan. Kini, “Tepuk Sakinah” berkembang di luar forum resmi, bahkan sering muncul dalam momen akad nikah maupun acara keluarga.
“Biasanya dilakukan spontan oleh penghulu atau fasilitator Bimwin yang ingin menanamkan semangat membangun rumah tangga harmonis. Kami tidak melarang, justru senang karena pesan yang dibawa sangat positif,” tuturnya.
Tren ini pun ramai diikuti warganet dengan berbagai versi improvisasi, dari gaya humoris hingga versi kreatif yang dikemas ulang dalam bentuk video pendek di TikTok dan Instagram.
Shalahudin menilai, viralnya “Tepuk Sakinah” merupakan momentum yang baik untuk memperkuat kesadaran generasi muda tentang pentingnya membangun keluarga berlandaskan nilai-nilai sakinah, mawaddah, dan rahmah.
“Pernikahan bukan hanya soal ijab kabul, tapi komitmen untuk saling menghargai dan menumbuhkan kasih sayang. Jika sesuatu yang edukatif seperti ini viral, tentu perlu diapresiasi,” katanya.
Ia berharap fenomena tersebut dapat menginspirasi para penghulu dan pembimbing perkawinan di daerah lain agar terus menghadirkan metode edukatif yang kreatif, menyenangkan, dan mudah diterima oleh masyarakat luas.